HR vs. People and Culture

  1. Fokus:
    • Traditional HR: Fokus pada tugas-tugas transaksional dan administratif, seperti penggajian, kepatuhan terhadap hukum ketenagakerjaan, dan pemeliharaan catatan karyawan.
    • People and Culture: Fokus pada menciptakan pengalaman kerja yang positif, membangun budaya perusahaan yang kuat, dan menyelaraskan strategi orang (karyawan) dengan tujuan bisnis.
  2. Fungsi Utama:
    • Traditional HR:
      • Rekrutmen
      • Onboarding
      • Kompensasi
      • Administrasi manfaat
      • Manajemen kinerja
      • Hubungan karyawan
    • People and Culture:
      • Akuisisi dan manajemen talenta
      • Pengembangan organisasi
      • DEIB (Diversity, Equity, Inclusion, and Belonging)
      • Membangun employer brand yang kuat
      • Pengembangan bakat kepemimpinan
      • Meningkatkan kepuasan karyawan
  3. Pendekatan:
    • Traditional HR: Biasanya reaktif, sering merespons isu ketika muncul.
    • People and Culture: Lebih proaktif dan strategis, mengantisipasi kebutuhan dan tren di masa depan.
  4. Peran Kepemimpinan:
    • Traditional HR: Sering dilihat sebagai peran operasional dan administratif.
    • People and Culture: Berperan sebagai penasihat strategis, mempengaruhi keputusan bisnis dan memimpin perubahan organisasi.
  5. Tujuan Bisnis:
    • Traditional HR: Mendukung fungsi inti HR dan memastikan kepatuhan.
    • People and Culture: Berkontribusi pada kesuksesan bisnis keseluruhan dengan menyelaraskan strategi orang dengan tujuan organisasi.
  6. Budaya:
    • Traditional HR: Sering kali terpisah dalam organisasi, berfokus pada operasi internal.
    • People and Culture: Kolaboratif dan terintegrasi dengan departemen lain, bertindak sebagai mitra strategis bisnis.
  7. Keterlibatan Karyawan:
    • Traditional HR: Biasanya dilihat sebagai perhatian sekunder.
    • People and Culture: Sentral dalam fungsi, dengan fokus membangun budaya kinerja tinggi.
  8. Metrik:
    • Traditional HR: Berfokus pada metrik efisiensi, seperti waktu perekrutan, tingkat turnover, dan biaya perekrutan.
    • People and Culture: Menekankan metrik yang berpusat pada karyawan, seperti kepuasan karyawan, keterlibatan, retensi, dan hasil kinerja.

Peran Kepala People and Culture

  1. Strategic Planning (Perencanaan Strategis): Mengubah tujuan menjadi strategi, menyelaraskan kebutuhan talenta, dan meningkatkan produktivitas.
  2. Change Management (Manajemen Perubahan): Memimpin inisiatif perubahan, memerlukan komunikasi dan keterampilan manajemen yang kuat.
  3. Talent Management (Manajemen Talenta): Berfokus pada perekrutan, retensi, dan pengembangan talenta untuk memastikan lingkungan kerja yang mendukung.
  4. Employee Advocacy (Advokasi Karyawan): Menjembatani kepemimpinan dan karyawan, memperjuangkan kebutuhan, serta menjaga komunikasi terbuka.
  5. Cultural Stewardship (Pengelolaan Budaya): Membentuk dan menjaga budaya, memperkuat perilaku yang selaras dengan nilai perusahaan.

5 Langkah Membangun Departemen People and Culture yang Baru

  1. Define your vision (Definisikan Visi Anda): Menyelaraskan visi, misi, nilai, dan tujuan departemen dengan strategi bisnis secara keseluruhan.
  2. Conduct a needs assessment (Lakukan Penilaian Kebutuhan): Mengevaluasi fungsi HR saat ini, mengidentifikasi kekurangan, dan menentukan sumber daya serta keterampilan yang dibutuhkan untuk membangun departemen.
  3. Build a high-performance team (Bangun Tim Berkinerja Tinggi): Melatih kembali staf yang ada atau merekrut untuk peran seperti Employee Experience Specialist, Employee Engagement Manager, L&D Coordinator, DEIB Officer, Wellbeing Coordinator, dan People Analytics Specialist.
  4. Focus on culture building (Fokus pada Pembangunan Budaya): Menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung melalui inisiatif seperti program pengakuan dan komunikasi terbuka.
  5. Measure and evaluate (Ukur dan Evaluasi): Menetapkan KPI untuk melacak kesuksesan dan membuat perbaikan berbasis data.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *