HR vs. People and Culture
- Fokus:
- Traditional HR: Fokus pada tugas-tugas transaksional dan administratif, seperti penggajian, kepatuhan terhadap hukum ketenagakerjaan, dan pemeliharaan catatan karyawan.
- People and Culture: Fokus pada menciptakan pengalaman kerja yang positif, membangun budaya perusahaan yang kuat, dan menyelaraskan strategi orang (karyawan) dengan tujuan bisnis.
- Fungsi Utama:
- Traditional HR:
- Rekrutmen
- Onboarding
- Kompensasi
- Administrasi manfaat
- Manajemen kinerja
- Hubungan karyawan
- People and Culture:
- Akuisisi dan manajemen talenta
- Pengembangan organisasi
- DEIB (Diversity, Equity, Inclusion, and Belonging)
- Membangun employer brand yang kuat
- Pengembangan bakat kepemimpinan
- Meningkatkan kepuasan karyawan
- Traditional HR:
- Pendekatan:
- Traditional HR: Biasanya reaktif, sering merespons isu ketika muncul.
- People and Culture: Lebih proaktif dan strategis, mengantisipasi kebutuhan dan tren di masa depan.
- Peran Kepemimpinan:
- Traditional HR: Sering dilihat sebagai peran operasional dan administratif.
- People and Culture: Berperan sebagai penasihat strategis, mempengaruhi keputusan bisnis dan memimpin perubahan organisasi.
- Tujuan Bisnis:
- Traditional HR: Mendukung fungsi inti HR dan memastikan kepatuhan.
- People and Culture: Berkontribusi pada kesuksesan bisnis keseluruhan dengan menyelaraskan strategi orang dengan tujuan organisasi.
- Budaya:
- Traditional HR: Sering kali terpisah dalam organisasi, berfokus pada operasi internal.
- People and Culture: Kolaboratif dan terintegrasi dengan departemen lain, bertindak sebagai mitra strategis bisnis.
- Keterlibatan Karyawan:
- Traditional HR: Biasanya dilihat sebagai perhatian sekunder.
- People and Culture: Sentral dalam fungsi, dengan fokus membangun budaya kinerja tinggi.
- Metrik:
- Traditional HR: Berfokus pada metrik efisiensi, seperti waktu perekrutan, tingkat turnover, dan biaya perekrutan.
- People and Culture: Menekankan metrik yang berpusat pada karyawan, seperti kepuasan karyawan, keterlibatan, retensi, dan hasil kinerja.
Peran Kepala People and Culture
- Strategic Planning (Perencanaan Strategis): Mengubah tujuan menjadi strategi, menyelaraskan kebutuhan talenta, dan meningkatkan produktivitas.
- Change Management (Manajemen Perubahan): Memimpin inisiatif perubahan, memerlukan komunikasi dan keterampilan manajemen yang kuat.
- Talent Management (Manajemen Talenta): Berfokus pada perekrutan, retensi, dan pengembangan talenta untuk memastikan lingkungan kerja yang mendukung.
- Employee Advocacy (Advokasi Karyawan): Menjembatani kepemimpinan dan karyawan, memperjuangkan kebutuhan, serta menjaga komunikasi terbuka.
- Cultural Stewardship (Pengelolaan Budaya): Membentuk dan menjaga budaya, memperkuat perilaku yang selaras dengan nilai perusahaan.
5 Langkah Membangun Departemen People and Culture yang Baru
- Define your vision (Definisikan Visi Anda): Menyelaraskan visi, misi, nilai, dan tujuan departemen dengan strategi bisnis secara keseluruhan.
- Conduct a needs assessment (Lakukan Penilaian Kebutuhan): Mengevaluasi fungsi HR saat ini, mengidentifikasi kekurangan, dan menentukan sumber daya serta keterampilan yang dibutuhkan untuk membangun departemen.
- Build a high-performance team (Bangun Tim Berkinerja Tinggi): Melatih kembali staf yang ada atau merekrut untuk peran seperti Employee Experience Specialist, Employee Engagement Manager, L&D Coordinator, DEIB Officer, Wellbeing Coordinator, dan People Analytics Specialist.
- Focus on culture building (Fokus pada Pembangunan Budaya): Menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung melalui inisiatif seperti program pengakuan dan komunikasi terbuka.
- Measure and evaluate (Ukur dan Evaluasi): Menetapkan KPI untuk melacak kesuksesan dan membuat perbaikan berbasis data.
![](https://www.ppiconsulting.id/wp-content/uploads/2024/09/People-culture-694x1024.jpg)